30.6.09

Mencoba Belajar Menulis Pikiran

Kadang aku pernah punya satu hasrat yang menggebu-gebu untuk menuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran. Sejak membuka mata di pagi hari sampai menutup mata di malam hari. Seluruh inderaku terperangkap dalam pengalaman keseharian, keningku berkerut tanda berpikir. Banyak sekali pikiran-pikiran dari hasil pengalaman sehari saja yang ingin aku tuliskan…

Mulai Mencari Panduan
Godaan untuk selalu menulis mencapai puncaknya ketika aku mulai memiliki sebuah blog. Aku sangat tergoda untuk membuat tulisan tentang apa saja dengan cara mudah, walaupun secara pribadi, aku bukanlah termasuk orang yang pandai membuat tulisan. Ku awali dengan kebiasaan berkunjung ke toko buku, membolak-balik berbagai buku lalu membelinya apabila isinya menarik pikiranku.

Aku berpikir sebaiknya mulai dari teori bagaimana menulis pikiran dengan mudah. Aku mulai berburu teori melalui buku, Koran, majalah, dan internet. Sedikit belajar untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar melalui sebuah panduan, itulah yang menjadi acuanku sebelum menumpahkan pikiran-pikiranku dalam bentuk tulisan.

Panduan Singkat Menulis
Pertama, menulis adalah sesuatu yang sangat alami seperti kita makan minum sehari-hari, tidak pernah grogi atau nervous. Sama halnya seperti ngobrol atau berusaha berkomunikasi dengan orang lain, ketika kita lahir dan tumbuh, kita sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengolahnya dan kemudian menyampaikan informasi kepada orang lain. Mungkin di tambah bumbu di sana-sini agar lebih sedap rasanya. Berkomunikasi dengan satu orang, atau hanya berkomunikasi kepada orang-orang terdekat saja, intinya sama saja, tetap penyampaian informasi.

Informasi dapat berupa sesuatu yang kita lihat apa adanya, yang sering kita sebut data tertulis atau visual, atau informasi yang sudah kita olah, yang kita sebut dengan opini. Menyampaikan informasi kepada orang lain secara lisan atau isyarat, mungkin sudah menjadi bahasa keseharian kita, selama informasi ini dapat dipahami oleh orang yang kita sampaikan, maka fungsi komunikasi sudah berjalan.

Tidak berbeda dengan bahasa tulisan, jika kita hanya mau menyampaikan informasi berupa data saja, Insya Allah tidak ada masalah. Contohnya, ketika melihat tarian indah di panggung, kita diminta menulis apa yang kita lihat, maka kita tinggal menuliskan saja, aku melihat tarian begitu indah di panggung, tidak lebih. Mudah sekali, menyampaikan berdasarkan data yang ada. Tidak perlu menganalisa, dan tidak perlu memberikan tanggapan.

Nah, sekarang apa bedanya penulis yang baik dan penulis yang kurang baik. Bedanya adalah, dalam memaparkan data tersebut. Untuk penulis pemula, mungkin kesulitan memberikan kata-kata diluar data yang ada, sehingga dalam menyampaikan tulisan, hanya menyampaikan data saja. Sampai disini, tidak ada masalah, semua orang dapat melakukannya.

Sekarang kita melangkah sedikit lebih jauh, dalam menyampaikan data, kita tambahkan sudut pandang, untuk menjadi penulis yang baik. Sewaktu kita menuliskan tarian itu begitu indah di panggung, yang merupakan data, kita tambahkan keterangan tempat, contohnya, ada pagelaran tari yang indah di panggung terbuka taman budaya, gerak penari dan kostumnya begitu dimanis, dengan penataan lampu, dan diiringi rampak gendang menawan. Dengan menambahkan sedikit keterangan tempat dan suasana, maka cerita tersebut menjadi lebih detail, dan mungkin sedikit menarik.

Dengan menggunakan rumus penulisan 5W + 1H. What, Where, When, Who, Why dan How. Penulisan akan lebih kompleks dengan menambahkan latar belakang suatu cerita atau data, dan untuk lebih memperjelas apa yang terjadi dan suasananya.
Ketika kita menyampaikan suatu berita, sesuai dengan kaidah 5W + 1H, maka kita sudah memaparkan sesuatu sesuai dengan kaidah penyampaian informasi, dalam hal ini adalah penyampaian berita secara rinci. Mudah sekali kan?

Aku ambil contoh yang sangat sederhana;
Hari ini, Presiden SBY menandatangani perjanjian kerjasama dengan Perdana Menteri Malaysia di Jakarta, untuk sama-sama mengirimkan pasukan khusus Indonesia dan Malaysia untuk saling menjaga perbatasan Ambalat.

Mari kita rinci, whatnya adalah perjanjian kerjasama, wherenya adalah di Jakarta, whennya adalah hari ini, whonya adalah Presiden SBY dan Perdana Menteri Malaysia, whynya adalah sama-sama mengirimkan pasukan khusus, dan terakhir, Hownya adalah bagaimana saling menjaga perbatasan Ambalat.

Jika ingin menyampaikan informasi yang berbentuk data saja, maka itu sudah cukup. Ketika orang lain paham, bahwa ada perjanjian kerjasama antara Indonesia dan Malaysia untuk saling menjaga perbatasan Ambalat, itu sudah cukup. Kita sudah menjadi penulis.
Untuk menjadi penulis yang baik, tidak hanya menyampaikan data, seperti apa adanya, tapi lebih dari itu. Lebih menarik, dengan menggunakan kata-kata yang jelas dan gamblang, lebih rinci, dengan menambahkan keterangan-keterangan yang memperjelas cerita, lebih komprehensif, dengan tambahan pendapat-pendapat, baik pribadi, pakar atau para praktisi.
Intinya, membuat tulisan lebih dari sekedar menyampaikan data, orang jadi tertarik, menjadi lebih jelas dengan sudut pandang yang berbeda.

Contohnya; hari ini, tanggal 22 Juni 2009, Indonesia mencatatkan sejarah penting, melalui Pemerintahan SBY beserta seluruh menteri-menterinya, Indonesia mengadakan perjanjian dengan Perdana Menteri Malaysia. Hal sangat fenomenal dari perjanjian ini adalah, Indonesia dan Malaysia akan mengirimkan pasukan terbaiknya untuk saling menjaga perbatasan Ambalat.
Ini menjadi catatan sejarah tersendiri bagi negara Indonesia, karena sejak kemerdekaan, kita belum pernah menyatakan kerjasamanya secara terbuka kepada negera tetangga yang sering masuk ke wilayah NKRI, dan sudah sering diperingatkan oleh pasukan TNI. ASEAN merasa tenang atas sikap Pemerintah Indonesia dan Malaysia ini, karena dikhawatirkan akan mempengaruhi situasi dan kondisi keamanan di wilayah Asia Tenggara.

Didalam tulisan di atas, ada beberapa penekanan, yaitu respon negara-negara Asean, dimana hal ini adalah pengembangan dari kondisi yang ada. Tidak susah kan? Ini namanya angle cerita atau sudut pandang, kita memberikan sudut pandang kepada pembaca.

Kedua, mudahnya menulis itu sama seperti mudahnya kita seperti ngobrol aja. Selama orang itu dapat membaca dan menulis, maka memaparkan cerita dalam bentuk tulisan menjadi mungkin. Setiap orang mampu menulis. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh orang yang mau menulis, seperti yang telah banyak disampaikan oleh para trainer dan penulis.

Aku coba rangkumkan, dan tinggal dipraktekkan.
1) Banyaklah berlatih, karena praktek akan membuat kita terasah,
2) Tulislah tanpa mengedit, jangan menulis sambil mengedit tulisan,
3) Mulailah dari sekarang,
4) Buatlah bagan cerita, agar lebih mudah,
5) Mintalah pendapat orang tentang tulisan anda.

Jangan Mati Gaya
Gaya penulisan sesorang dapat saja dipengaruhi oleh gaya tulisan orang lain. Namun buatlah gaya penulisan kita sendiri. Banyak gaya penulisan dan semuanya oke banget.
Gaya Andrea Hirata yang fotografik, sangat rinci terhadap lingkungan dan kejadian yang akan diceritakan. Gaya Emha Ainun Najib, menekankan pada alur ceritanya, bukan pada kondisi lingkungan kejadian. Gaya Gunawan Muhammad, yang lancar dalam bertutur, dan gaya tulisan novel yang menekankan pada pembicaraan.

Sebagai ilustrasi, maka lihatlah Putu Wijaya yang dengan seenaknya mempermainkan logika pembacanya dengan kisah-kisahnya yang spektakuler dan kadang-kadang di luar nalar biasa. Lihatlah pula betapa enaknya menjadi Budi Darma yang seenaknya mempermainkan karakter-karakter tokoh dalam cerpennya menjadi karakter yang kadang menjengkelkan, membuat pusing, gregetan, sebel, atau bahkan lucu. Maka lihatlah betapa enaknya Danarto mempermainkan bahasa sehingga dalam cerpennya kadang-kadang pembaca dibawa terombang-ambing seperti diseret tsunami atau dilemparkan dalam jurang 3000 meter!

Maka lihatlah betapa enaknya Iwan Simatupang mempermainkan akal pikiran pembacanya sehingga mereka serasa dibawa dalam teka-teki filsafat yang berputar-putar mirip labirin. Pengarang adalah raja, ia bebas melakukan apa pun juga sesuai dengan kritikan dari dalam maupun dari luar dirinya, yang penting itu tak membuat Tuhan marah. Tulislah apa yang ingin anda tulis dan Tuhan inginkan. Ia bebas menciptakan tokoh (termasuk takdir dari tokoh-tokohnya), bebas menciptakan apa saja yang menyangkut dunia yang ia inginkan. Tentu saja, kebebasan yang benar-benar bebas, harus ditunjang oleh berbagai perangkat yang harus ia kuasai. Karena tanpa itu, sebuah tulisan hanya akan terjebak pada yang sia-sia.
Setiap dari diri kita mempunyai gaya tersendiri, tidak perlu memaksakan gaya orang lain kepada kita, mungkin kita mempunyai gaya sendiri, jangan takut berbeda dalam menyampaikan. Semuanya boleh-boleh saja.
Ketiga, ketika kita sudah terbiasa dalam bahasa tulisan, maka seperti halnya pemain musik, kita dapat menari dalam tulisan kita. Memainkan emosi pembaca, mencari sudut pandang yang berbeda dari orang kebanyakan, dan mungkin juga menyampaikan sesuatu yang orang lain tidak peduli. Maka pengalaman menulis adalah penting, sepenting latihan bagi pemain musik.
Menanam hari ini, langsung menuai esok pagi, tidak akan pernah ada. Ada proses yang tidak dapat kita langkahi, maka mulailah berlatih.

Keempat, untuk menjadi penulis yang baik, maka kita harus terus mengembangkan ilmu kita, wawasan, dan informasi. Semakin kaya akan informasi, semakin mudah kita mengaitkan suatu data dengan suatu cerita.

Semakin indah dan menarik bahasa kita dalam bertutur, karena informasi akan sangat membantu mencarikan alur-alur untuk menulis. Seperti sosial, hukum, ekonomi, pendidikan, estetika, etika, agama dan lain sebagainya. Hanya penulis yang tidak ingin berkembanglah yang tidak mau meningkatkan ilmunya, tidak mau mengasah lagi ilmu-ilmu yang telah ia kuasai.

Kelima, seorang penulis akan terlatih berfikir logis dan analisis, oleh karena itu, setiap individu yang ingin mengembangkan kemampuan menulisnya, harus mengasah kemampuan logis dan analisisnya. Mencari kaitan suatu data, merunutkan suatu cerita, memaparkan dan akhirnya menjadi enak untuk dibaca.

Nelson Ellison pernah mengatakan, "Siapa saja bisa menjadi penulis. Kuncinya adalah terus menulis". Seperti halnya belajar berenang, kita tak mungkin pandai berenang jika kita tak pernah menyentuh air di kolam renang atau sungai. Begitu juga menulis, berapa pun buku teori menulis yang dibaca atau pelatihan kepenulisan yang diikuti, tanpa praktik langsung menulis, mustahil menjadi penulis.

Semoga bermanfaat...

5 komentar:

indri mengatakan...

tulis saja apa yang ingin kau tulis. tidak peduli itu akan dibaca ato dihargai orang lain ato tidak. tidak peduli ia harus menjadi tulisan yg sempurna dengan kaidah2 tulisan. tak peduli ia bercerita ttg apapun. tapi dengan menuliskannya, km akan merasa lebih nyaman. percaya deh :)

mindscape mengatakan...

setuju indri....
menulis seperti buang hajat kali yah...tks

Ronaldo Rozalino, S.Sn.,M.Pd mengatakan...

Menulis perlu proses dan hati yang Ikhlas

FPBI mengatakan...

bener tuh...perlu berproses, jadi hrs di mulai apapaun hasilnya...
dasarna mang hrs ikhlas spy nyaman di bacanya...

Bernard Agapa mengatakan...

kaya gini yang bagus nich...

Posting Komentar

Video Lumpur

Profil

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Catatan pikiran seseorang relawan kemanusiaan yang mencoba berimajinasi melalui inderanya terhadap lingkungan... Kontak : Adjie RS HP : 081234542038 email : adjie_rs@yahoo.com

Recent Post


 

Template by NdyTeeN